FORUMSANTRI – Di tengah kehidupan keagamaan di Indonesia, terdapat sebuah ungkapan yang melekat erat dalam tradisi santri, yaitu “Santri Tuh Harus Bersarung.” Ungkapan ini memiliki akar sejarah yang dalam dan menceritakan perjalanan panjang peran santri dalam pembentukan karakter dan identitas keagamaan.
Pertama-tama, kita harus memahami makna dari kata “santri.” Santri merupakan sebutan untuk para pelajar di pesantren, lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia.
Pesantren bukan hanya tempat untuk memperoleh pengetahuan agama, tetapi juga menjadi wadah pembentukan karakter, moral, dan kedisiplinan. Salah satu simbol dari identitas santri adalah sarung, sehelai kain panjang yang melingkari pinggang dan menjuntai hingga ke bawah.
“Santri Tuh Harus Bersarung” bukanlah sekadar ungkapan kosong, melainkan sebuah seruan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan.
Tradisi ini memiliki akar sejarah yang dalam, mengingatkan para santri akan tanggung jawab moral dan spiritual yang harus diemban dalam perjalanan hidup mereka.
Sejarah ungkapan ini dapat ditelusuri hingga zaman pesantren pertama kali muncul di tanah air. Pesantren, sebagai pusat pembelajaran agama Islam, menjadi pilar utama dalam penyebaran dan pemeliharaan ajaran agama.
Sarung, sebagai bagian dari pakaian tradisional Indonesia, menjadi simbol kesederhanaan dan ketaqwaan.
Dalam perkembangannya, “Santri Tuh Harus Bersarung” menjadi semacam tagline yang mewakili semangat para santri dalam meniti jalan keilmuan dan keagamaan.
Ungkapan ini mencerminkan keutamaan kesederhanaan dalam gaya hidup dan pengabdian kepada Allah. Melalui sarung, santri diingatkan untuk tetap merawat dan menghormati nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para pendahulu mereka.
Dengan melibatkan diri dalam tradisi ini, santri tidak hanya menjadi pencari ilmu, tetapi juga menjadi pelaku ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
“Santri Tuh Harus Bersarung” bukan sekadar ungkapan, melainkan filosofi hidup yang terus mengalir dan mengakar dalam setiap langkah para santri menuju puncak keilmuan dan kesucian jiwa.(MIS)